SOFTSKILL PERILAKU KONSUMEN
Tugas
Kelompok
Nama
Anggota :
1. Linda Friska : 14211107
2. Nisma Wati : 15211191
3. Nur Navisatun : 15211318
4. Rizki Ariyanti
: 16211334
5. Sairoh : 16211557
6. Yuyun Siti Juariyah
: 17211705
PROGRAM S1 FAKULTAS
EKONOMI MANAJEMEN,
UNIVERSITAS GUNADARMA KALIMALANG
Karakteristik dari Konsumen Indonesia (pada umumnya)
Karakteristik dari Konsumen Indonesia (pada umumnya)
yaitu Indonesia memilki lebih dari 220 juta penduduk dengan ratusan suku yang
tersebar di berbagai pulai. Sekalipun berbeda-beda suku dan bahasa, namun pasti
ada kesamaan karakter,yang bisa dijadikan patokan bagi para marketer untuk
menjalankan strategi marketing.
Beberapa karakter
diperkirakan akan terus menguat dalam beberapa tahun ke depan
sehingga bisa digunakan
perencanaan dengan baik.
Karakter yang terus menguat
adalah suka berkumpul, suka buatan luar negeri, dan suka religi,
serta suka pamer dan gengsi. Karakter yang melemah seiring
dengan perkembangan zaman adalah, memori
jangka pendek, tidak memiliki
perencanaan, gaptek, kedaerahan dan kesadaran lingkungan
10
Karakteristik konsumen Indonesia antara lain :
1)
Memiliki Pola Pikir Jangka Pendek adalah hal dasar bagi seseorang dalam membuat
keputusan. Keputusan yang diambil akan memberi pengaruh dalam jangka panjang
maupun jangka pendek. Pola pikir jangka pendek hanya memperhatikan manfaat
dalam jangka waktu pendek saja. Oleh karena itu, produk-produk instan laku di
pasar Indonesia.
Mereka
adalah konsumen yang pembosan dan cepat lupa. Tren yang terjadi adalah bahwa
karakter ini akan semakin melemah. Dari waktu ke waktu, konsumen Indonesia akan
semakin menggunakan memori jangka panjangnya. Mereka akan semakin
siap untuk menerima suatu produk yang memberi manfaat jangka panjang. Bila
demikian, akan ada kesempataan bagi produsen yang mengedukasi pelanggan untuk
tidak hanya berpikir jangka pendek tetapi mau menerima setiap manfaat jangka
panjang.
2)
Tidak Memiliki Perencanaan Konsumen Indonesia
tidak memiliki perencanaan dalam hidup mereka termasuk dalam membuat perencaan
dalam berbelanja. Perencanaan dalam berbelanja dapat diwujudkan dalam bentuk
daftar belanjaan. Daftar belanjaan ini mengurangi pembelian yang tidak
direncanakan. Oleh karena itu, konsumen Indonesia rata-rata sering melakukan
pembelian barang-barang yang tidak direncanakan sebelumnya.
Dalam jangka
panjang, karakter ini akan semakin melemah. Dengan kata lain, karakter
sebaliknya akan semakin terbangun. Konsumen Indonesia akan semakin lebih banyak
menggunakan pola pembelian yang terencana. Jumlah pembelian secara impulsive
akan semakin berkurang. Mereka cenderung untuk mempunyai shedule yang lebih
teratur. Mereka akan terbiasa melakukan pemesanan terlebih dahulu. Jasa delivery
akan semakin berkembang. Jasa yang membutuhkan pre-booking seperti airline
dan hotel juga akan semakin berkembang.
3)
Cenderung Suka Berkumpul Konsumen
Indonesia memiki kecenderungan suka berkelompok dan berkumpul. Saat berkumpul
dan berkelompok akan timbul pembicaraan. Dalam pembicaraan tersebut akan
menimbulkan efek words of mouth. Efek words of mouth akan menimbulkan
kemungkinan ada konsumen baru dari konsumen yang terpuaskan. Dari konsumen yang
terpuaskan akan menimbulkan repeat orders.
Konsumen kita
akan semakin memperlihatkan karakter yang berlawanan. Mereka akan cenderung
semakin individualistik. Sejalan dengan tingkat pendidikan dan kelas sosial
yang semakin meningkat, maka konsumen sudah mulai membatasi kehidupannya yang
berkelompok. Mereka lebih tidak mudah dipengaruhi oleh perilaku kelompok dalam
menentukan produk atau jasa yang akan mereka beli dan gunakan.
4)
Tidak Adaptif Dengan Teknologi Baru
Survey yang dilakukan oleh Frontier pada tahun 2010 ini menyatakan bahwa
konsumen Indonesia tidak adaptif terhadap teknologi. Fasilitas M-Banking dan
Internet belum digunakan secara maksimal. Fasilitas M-Banking dan Internet yang
sudah ada di dalam ponsel yang digunakan oleh konsumen Indonesia namun belum
digunakan secara maksimal.
Dalam jangka
panjang, karakter ini akan semakin berlawanan arah. Konsumen Indonesia yang
memiliki tingkat pendidikan yang semakin tinggi, sudah pasti akan semakin
adaptif terhadap teknologi tinggi. Penetrasi teknologi tinggi akan
semakin cepat. Kelompok early adopter akan semakin besar. Tapi, hal
ini akan berlaku untuk generasi yang akan datang. Jadi, paling tidak dibutuhkan
10 tahun lagi untuk melihat konsumen Indonesia yang adaptif terhadap teknologi
tinggi.
5)
Fokus Pada Konten Bukan Konteks Konten
adalah informasi yang tersedia melalui media atau produk elektronik. Konteks
adalah suatu uraian atau kalimat yg dapat mendukung atau menambah kejelasan
makna. Informasi yang tersedia di media atau produk elektronik lainnya tentu
saja tidak memberikan informasi yang jelas.
Ini terjadi
karena konsumen kita tidak mencerna jumlah informasi yang memadai sebelum
memutuskan untuk memilih dan membeli suatu produk. Dalam jangka panjang,
karakter ini akan semakin melemah. Mereka akan mencerna informasi lebih banyak
dan mereka akan menjadi konsumen yang semakin pandai dalam melakukan evaluasi.
Ini terjadi karena konsumen kita cenderung untuk membaca media cetak lebih
banyak.
6)
Menyukai Barang – Barang Produksi Luar Negeri
Harga acapkali dibandingkan dengan kualitas. Semakin tinggi harga dianggap
semakin bagus kualitasnya. Harga barang-barang produksi luar negeri mayoritas
memiliki harga lebih tinggi daripada barang-barang produksi dalam negeri.
Gengsi menjadi salah satu alasan juga mengapa konsumen Indonesia lebih menyukai
barang-barang produksi luar negeri.
Kalau kelima
karakter sebelumnya memiliki tren yang berlawanan atau karakter yang ada
semakin melemah, maka untuk karakter keenam ini, saya yakin, akan semakin kuat
di masa mendatang. Konsumen Indonesia semakin tidak percaya akan kemampuan
produk dalam negeri. Mereka semakin menyukai produk impor atau produk yang
memiliki embel-embel luar negeri. Mereka semakin percaya bahwa produk luar
negeri memiliki kualitas yang lebih baik. Selain itu, konsumen Indonesia yang
mempunyai rasa nasionalisme yang tipis, juga akan mendorong karakter keenam ini
justru semakin menguat.
7)
Semakin Memperhatikan Masalah
Religious Indonesia adalah negara beragama. Konsumen Indonesia menjadi lebih
sensitif untuk hal-hal yang berbau keaagamaan. Produk dan jasa yang berbau
agama semakin lebih banyak digemari.
Pangsa pasar
dari produk-produk yang mempunyai nilai-nilai agama akan semakin besar.
Konsumen Indonesia akan semakin sensitif terhadap agama dan kepercayaan yang
mereka anut. Bank syariah akan semakin maju. Produk seperti buku, musik,
makanan, telekomunikasi, dan bahkan media yang membawa pesan-pesan keagamaan
akan semakin mendapatkan kesempatan untuk berkembang.
8)
Suka Pamer dan Gengsi Kecenderungan
manusia adalah ingin dipuji. Konsumen Indonesia yang berasal dari golongan
ekonomi menengah ingin dipuji jika bisa membeli barang yang tidak bisa dibeli
orang lain. Konsumen Indonesia dari golongan ekonomi atas membeli barang-barang
branded supaya dipuji dan sebagai prestise karena gengsi.
Karakter ini
juga akan semakin menguat. Tren ke depan akan semakin memperlihatkan konsumen
Indonesia yang senang mendapat pujian dari lingkungan sekitarnya untuk
masyarakat bawah. Mereka akan memamerkan produk yang mereka beli di mana
sebagian masyarakat tidak mampu membelinya. Golongan atas akan memperhatikan
status mereka. Mereka tetap akan membeli mobil yang memberi kesan mewah. Mereka
akan membeli produk-produk branded yang memberikan perasaan gengsi
kepada mereka.
9)
Tidak banyak dipengaruhi Budaya Lokal
Keanekaragaman budaya dan adat istiadat sudah tidak lagi menjadi alasan dalam
memilih dan menggunakan suatu produk. Globalisasi membuat konsumen Indonesia
memiliki karakteristik tidak banyak dipengaruhi lagi oleh budaya lokal.
Konsumen
Indonesia akan semakin memperlihatkan persamaan daripada perbedaaan karena suku
dan geografis. Mobilitas akan semakin meningkat sehingga mereka cepat
belajar keragaman di antara konsumen yang lain. Kekuatan produk-produk nasional
yang semakin mengkikis kekuatan produk-produk lokal juga menjadi penyebab
konsumen Indonesia akan cenderung sama untuk semua daerah dan suku. Globalisasi
juga akan mempercepatnya proses persamaan ini terutama untuk segmen anak muda
dan affluent. Mereka cenderung tidak banyak dipengaruhi oleh
adat-istiadat atau kebiasaaan daerah mereka dalam memilih dan mengkonsumsi
suatu produk dan layanan.
10) Kurang Memperdulikan Lingkungan Perubahan
iklim adalah isu yang popular di abad 21. Isu tentang lingkungan menjadi
penting terkait tentang pemanasan produk. Perusahaan berlomba-lomba untuk ikut
andil dalam lingkungan. Produk yang akan diproduksi sudah dirancang supaya
sustainable terhadap lingkungan. Lain halnya dengan konsumen luar negeri,
konsumen Indonesia masih belum peduli akan lingkungan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi Perilaku.
Dengan semakin
tingginya tingkat pendidikan dan juga tekanan globalisasi, maka kosnumen
Indonesia akan semakin memerhatikan lingkungan. Walaupun demikian, saya yakin,
prosesnya akan lama. Minimal, dibutuhkan waktu selama 15 hingga 20 tahun untuk
menciptakan konsumen Indonesia yang mempunyai kesadaran lingkungan seperti
negara-negara yang relatif maju. Mungkin dibutuhkan lebih dari 30 tahun untuk
membuat kesadaran terhadap lingkungan seperti konsumen di Amerika.
Bila tren menunjukkan bahwa karakter
yang ada akan semakin melemah, maka Anda bisa memikirkan strategi yang melawan
karakter yang ada karena segmen dengan karakter sebaliknya akan bertumbuh. Bila
karakter semakin menguat, maka sebaliknya Anda melakukan semua strategi yang
konsisten dengan karakter yang ada.
Factor
yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah Sikap konsumen.
Sikap konsumen akan mempengaruhi pilihannya
dalam membeli, dimana seseorang mempunyai sikap terhadap segala sesuatu,
misalnya : agama, politik, pakaian, makanan, dan lain-lain. Sikap menempatkan
seseorang dalam kerangka berpikir, menyukai atau tidak menyukai, menghampiri
atau menjual. Menurut Azwar (1988:24) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap yaitu : pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang
dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga
agama serta faktor emosi dalam diri individu. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sikap konsumen bisa diubah. Dua cara lain yang bisa dilakukan pemasar untuk
mempengaruhi seseorang untuk membeli produk atau merek yaitu : menyesuaikan
atribut-atribut produknya dengan sikap konsumen yang telah ada, atau dengan
mengubah sikap konsumen. Pilihan manapun dilakukan tentunya didasarkan pada
biaya yang dikeluarkan untuk setiap alternatif.
Menurut Krech dan Crutch field (1984:152), sikap adalah suatu organisasi yang abadi tentang motivasi, emosi, persepsi, dan proses kognitif mengenai beberapa aspek lingkungannya. Menurut Fishbein & Aizein (1975:6), sikap merupakan suatu kecenderungan yang terpelajari dalam memberikan respon menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten mengenai obyek tertentu. Sedangkan menurut Loudon dan Bitta (1993:423), sikap merupakan penilaian positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan, setuju atau tidak setuju dari perasaan seseorang terhadap suatu obyek. Namun selanjutnya Fishbein (1993:422) menyatakan bahwa lebih dari 100 definisi tentang sikap, dengan demikian maka belum ada kesepakatan yang baru tentang definisi sikap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar